IMLEK , JEJAK KYAI KUNING DAN KOMUNITAS CINA MODERN

imlek_cinamuslim.jpg

Bangsa cina memang fenomenal, penghuni cina daratan dan cina perantauan yang tersebar diseluruh penjuru dunia telah membentuk sebuah komunitas terbesar dari jumlah populasi dunia, menariknya lagi sebagai bangsa besar yang berperadaban tinggi dan agung. Dimanapun orang cina berada, ia takkan pernah bisa dipisahkan dengan identitas budaya yang kuat dan tradisi niaga yang telah mendarah daging.

Kini setelah masyarakat cina modern tersebar maka secara perlahan – lahan terjadi proses pembaruan dan pembauran dengan tingkatan yang berbeda. Kini komunitas cina modern menjadi penganut beragam agama dan kepercayaan namun yang membanggakan simbol – simbol budaya dan tradisi leluhur menjadi sebuah simpul perekat diantara mereka sehingga secara sadar mereka berusaha melestarikannya dari masa ke masa.
Perayaan imlek dengan salam khasnya “GONG XI FAT CAI” selain menjadi gelar budaya masyarakat cina juga dipercaya menjadi cagar budaya, pada moment itulah sejumlah kesenian khas negeri naga dipertunjukkan seperti pawai lampion, barongsai atau liang liong dalam gebyar warna merah yang dominan.

JEJAK KYAI KUNING
Negeri Cina ternyata tidak hanya terkenal di mancanegara sebagai negeri kuning dengan sungai kuning (Hwang Ho), jika dilihat sejarah penyebaran agama Islam di nusantara maka peran penganjur – penganjur agama Islam dari negeri tiongkok patut dikedepankan, merekalah yang kemudian disebut oleh orang – orang pribumi atau masyarakat jawa sebagai kyai kuning.

Jejak kyai kuning sangat terlihat pada beberapa aristektur masjid tua dan bersejarah yang mengadopsi arsitektur khas negeri tiongkok dan memadukannya dengan arsitektur lokal dan timur tengah. Masjid Jami’ Sumenep dan Asta tinggi yang monumental sebagai makam raja – raja sumenep memperlihatkan jejak – jejak peninggalan kyai kuning dalam pembangunan peradaban Islam.

Cerita tentang kyai kuning ini tidaklah lengkap tanpa menyebutkan seorang bahariwan agung Laksamana Cheng Ho yang memimpin pelayaran muhibah sebanyak tujuh kali antara tahun 1405 hingga 1433 dan mengunjungi 30 negara di rantau melayu, Asia Selatan dan Timur Tengah. Chengho dan armadanya diyakini oleh banyak sejarawan dunia mempunyai andil yang besar dalam penyebaran agama Islam di semenanjung melayu termasuk di Pulau Jawa dan Sumatera. Dalam Perjalanannya ke Jawa Timur yang bertepatan pada hari Jum’at, Chengho didaulat sebagai Kyai Kuning yang berkhutbah di hadapan ratusan warga surabaya, diriwayatkan pula bahwa armada chengho juga mentransformasikan beberapan kemahirannya di berbagai disiplin ilmu seperti perikanan, pertanian, peternakan dan pertukangan.

Kisah Heroik Kyai Kuning dalam syiar agama Islam adalah kepeloporan Pangeran Jin Bun putra prabu Brawijaya (1453 – 1478) dari seorang selir berdarah cina yang dalam beberapa catatan sejarah disebutkan beragama Islam. Pangeran Jin Bun yang beragama Islam diberi kedudukan sebagai Bupati Demak yang bergelar Raden Patah. Dari Demaklah gerakan reformasi sang kyai kuning di mulai. Raden Patah melihat kebesaran majapahit hanyalah semu belaka sebab persatuan dalam negeri melemah sementara penyebaran agama Islam di Pantai Utara dan Pesisir Timur Pulau Jawa sudah demikian meluasnya yang dipelopori oleh pedagang – pedagang tiongkok yang sebagian besar beragama Islam dan dukungan dari para sunan yang terkenal sebagai wali sembilan (wali songo). Pada sekitar tahun 1500 M, Raden Patah/Jin Bun/R. Bintoro yang memerintah di Demak, secara terbuka memutuskan ikatan dari Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi, dan atas bantuan daerah-daerah lain yang telah Islam antara lain Gresik, Tuban dan Jepara, Raden Patah mendirikan Kesultanan Islam yang berpusat di Demak.Dari Demaklah cita – cita Kyai Kuning untuk penyebaran dan pengembangan Syiar Islam dimulai dan Dari Demaklah Kebangkitan Islam pada mulanya disuarakan, Dari Demaklah lahir tokoh-tokoh sejarah islam nusantara seperti Ki Ageng Henis – Mentor Tiga Serangkai Mataram (Ki Pemanahan, Ki Panjawi, Ki Juru Martani) dan Jaka Tingkir yang mengawal transisi kekuasaan dari demak menuju Matatam Islam dan bermula dari sanalah gelora islam terus berkibar dan diperjuangkan hingga ke penjuru nusantara.

JEJAK KYAI KUNING DAN MASJID MOHAMMAD CHENGHO

Selain Jejak Perjuangan Kyai Kuning ternyata terdapat sejumlah tapak sejarah yang tersisa seperti kronik bersejarah kerajaan nusantara, peta , benda kuno juga bangunan bercorak arsitektur cina seperti kampung pecinan, klenteng, makam, masjid hingga istana.

Di tengah Kota Pahlawan Surabaya, PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) berhasil merealisasikan pembangunan Masjid Laksamana Muhammad Chengho sebagai monumen atas dakwah chengho sekaligus sebagai sumbangsih nyata etnis tionghoa bagi kemajuan peradaban nusantara.
Dalam Perayaan Imlek kali ini sepatutnya komunitas cina modern tidak semata – mata meriah dalam merayakannya melainkan meriah pula dalam gerakan pembaruan dan pembauran sebagaimana jejak yang dicontohkan oleh kyai kuning beberapa abad yang lampau. Kebesaran Negeri Kuning, Sungai Kuning dan Kyai Kuning bisa menjadi inspirasi dalam bersama menumbuhkan kesadaran sebagai anak bangsa dalam membangun satu negeri INDONESIA.

(Ditulis oleh : Badrut Tamam Gaffas)

sumber : http://id.wikipedia.org

10 Tanggapan

  1. JEJAK KYAI KUNING DAN MASJID MOHAMMAD CHENGHO

    Selain Jejak Perjuangan Kyai Kuning ternyata terdapat sejumlah tapak sejarah yang tersisa seperti kronik bersejarah kerajaan nusantara, peta , benda kuno juga bangunan bercorak arsitektur cina seperti kampung pecinan, klenteng, makam, masjid hingga istana.

    Siapa Nama Lengkap dari Kyai Kuning? Apa ada hubungannya dengan Sunan Kuning?

    Balas ya.
    wassalam,

    Hadi Setyono

  2. salam, sebenarnya kyai kuning hanyalah metafora yang saya gunakan untuk menggambarkan etnis tionghoa yang melakukan pembaruan dan pembauran, Kyai sudah lazim digunakan oleh masyarakat jawa untuk menyebut sosok atau benda yang di-tinggikan / dihormati. gambaran ideal untuk menjadi kyai kuning adalah Raden Fatah yang berdarah cina namun berbaur dan menjadi simbol pergerakan Islam atas hegemoni majapahit pada zamannya. Sementara Laksamana Cheng Ho juga layak disebut kyai kuning karena kontribusinya yang besar atas syiar islam khususnya di nusantara ini.
    Jadi melalui tulisan ini sesungguhnya saya ingin mencoba bertutur bahwa Tak selamanya Kyai itu identik dengan jawa, desakralisasi Kyai itulah yang saya suarakan sehingga etnis cina pun merasakan kesejajaran yang utuh tanpa ada stigma budaya yang dilekatkan sebab orang cina bisa menjadi jawa manakala mereka mau berbaur sebagaimana jejak yang dicontohkan kyai kuning.
    Paduan Multi Etnik yang elok bisa kita lihat pada wujud arsitektur masjid jamik sumenep dan makam raja – raja di Asta Tinggi bahkan dalam babad sumenep disebutkan pada saat pembangunan masjid jamik itu masyarakat sekitar kotaraja sumenep adalah masyarakat yang berpenampilan dan berperilaku santun sehingga disebut BANGSELOK = Bangsa Yang Elok…
    Tentang Sunan Kuning saya memang pernah membaca kalau tidak salah ya raden fatah itu yang diangkat sebagai raja dan susuhunan demak bintoro namun saya tidak mau berspekulasi karena fakta mengenai itu tidak lengkap dan sulit untuk dipertanggungjawabkan.

    Terimakasih saudaraku, terus berjuang dan semoga sukses

  3. kurang setuju dengan sebuatan itu kok jadinya jadul orang cina disebut kyai, jangan – jangan nanti ada orang cina panggil ibunya si mbok
    tapi logika pembaurannya saya suka, siapapun bisa jadi arab jika dekat -delat orang arab, saya yang sunda bisa di panggil mas jika menyatu dengan orang jawa.
    jadi terbayang “”gaul ama tukang minyak wangi jadi tertular harumnya””
    pembauran ?! hari gini nggak mau membaur mdng pergi sana ke angkasa! betul nggak —

    • maaf sebelumnya,debat ini jangan di jadikan sebagai perbedaan ya,kalo menurut saya, Kyai hanyalah sebagai sebutan saja,seseorang yg faham & mengerti sesuatu hal,pada umumnya soal Agama,di jawa seorang pertapa,atau orang yg punya ilmu kebathinan juga di sebut seorang Kyai,saya sebagai seorang jawa tulen,juga mengakui,bahwa sebenarnya penyebar agama islam di nusantara/Indonesia ini adalah bangsa china,suka atau tidak memang faktanya begitu,ini bukan fiksi tapi fakta,Kita jangan lupa akan petuah Rosul kita,Nabi MUhammad SAW,beliau menganjurkan”Carilah Ilmu sampai ke negeri China”,ini bukan isapan jempol belaka,karna memang beliau tahu akan ketekunan,kemandirian serta keuletan bangsa China dalam menjalani kehidupannya,Salam Indonesia Raya

  4. Etnis cina jangan dipandang sebelah mata mereka punyai resep kesuksesan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan kita yakni daya saing dan totalitas hidup. Laksamana Chengho juga duta perdamaian yang total dalam misi – misinya.
    Sebutan Kyai Kuning juga tidak jelek kok

  5. Terimakasih atas artikel ini yang mengangkat keberadaan kaum kami. Sejarah membuktikan bahwa etnis tionghoa berperanan sangat aktif dalam pergerakan Islam di masa lalu. Allahu Akbar.

  6. salam, untuk saudaraku Handoyo bersyukurlah anda sebagai etnis tionghoa sebagaimana saya bersyukur telah belajar banyak betapa besar kontribusi etnis tionghoa khususnya chengho dan kyai kuning lainnya dalam pembentukan peradaban Islam di Nusantara tercinta ini…

    selamat berjuang saudaraku

  7. Salam buat Pak Handoyo
    Pak Handoyo etnis Chinese ? sudah muslim ?
    pls reply to email : ard_ardi03@yahoo.com
    terima kasih

  8. Terima Layanan Se JAKARTA BOGOR DEPOK TANGERANG & BEKASI : Sedot WC; Air Kotor; Saluran mampet;Rembesan & Bikin Septictank Silahkan Segera Hubungi YULI No. Tlp. 021-98736434 & 021-70560098

  9. JASA SEDOT WC YULI Terima Layanan Se JAKARTA BOGOR DEPOK TANGERANG & BEKASI : Sedot WC; Air Kotor; Saluran mampet;Rembesan & Bikin Septictank Silahkan Segera Hubungi YULI No. Tlp. 021-98736434 & 021-70560098

Tinggalkan Balasan ke Agus Salim Batalkan balasan