Partai Bulan Bintang Sikapi Positif Gagasan Koalisi Poros Tengah Jilid 2

[Bulan Bintang Media – Lumajang] Ketua Fraksi Partai Bulan Bintang (PBB), Bang Hamdan Zoelva menilai wacana koalisi poros tengah partai politik Islam bertujuan untuk membangun demokratisasi di Indonesia.

hamdanzoelva-bulan-bintang-media

“Apa yang disampaikan Pak Din Syamsuddin layak untuk dipikirkan dan dibicarakan antar parpol berbasis Islam,” ucapnya Minggu (14/12/2008).

Menurutnya ke depan sistem politik di Indonesia membutuhkan perimbangan antara dua kelompok. “Antara nasionalis-Islam dan nasionalis-sekuler untuk membangun demokrasi yang lebih baik,” katanya, Hal ini dilakukan untuk membangun stabilitas politik. “Koalisi parpol Islam itu baik untuk dikembangkan. Tidak semata-mata untuk Pemilu 2009 tetapi untuk membangun kondisi politik yang lebih baik ke depan,” harapnya.

Basis partai politik yang ada saat ini sambung Bang Hamdan tidak jelas. “Basis politik yang ideal harus ada perbedaan karakteristik atau ciri dan perbedaan prinsip. Inilah yang harus dibangun ke depan,” pungkasnya Baginya poros tengah parpol islam ini tidak perlu dikhawatirkan menjadi sebuah dikotomi antara Islam dan nasionalis. “Kita kan sudah dewasa jadi sudah biasa dengan perbedaan-perbedaan. Justru dalam politik perbedaan nuansa sangat penting. Jadi rakyat bebas untuk memilih yang mana,” pungkasnya.

Namun, menurutnya koalisi parpol islam tersebut harus didasarkan pada kesamaan tujuan, yakni untuk mensejahterahkan rakyat. Kendati demikian, Bang Hamdan Zoelva mengaku secara internal Partai Bulan Bintang tengah mendiskusikan secara intensif wacana koalisi tersebut.

Posting Oleh : Badrut Tamam Gaffas untuk Bulan Bintang Media

Sumber : http://www.okezone.com

PBB dan Konsep Penegakan (nilai-nilai) Syariat Islam – Bagian 1

Menyaksikan debat publik yang disiarkan oleh TV One pada hari Rabu Malam 16 Juli 2008 kemarin kita disuguhkan topik dan diskusi (yang terjadi justru bukan perdebatan) yang sangat menarik. Topik debat kali ini mengambil tema “Syariat Islam: PBB Vs PKB” dan menghadirkan Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) serta Jaringan Islam Liberal (JIL).


Pada sesi pertama Yusril Ihza Mahendra (YIM) dari PBB berhadapan dengan Muslim Abdurrahman (MA) mewakili PKB. YIM menyampaikan konsep penegakan syariat Islam yang sebenarnya juga sangat Moderat, bagaimana PBB melihat bahwa syari’at atau Hukum Islam itu sebagai sumber dari hukum, sama seperti Hukum Adat, hukum kolonial, maupun hukum yang berasal dari perkembangan sosial masyarakat Indonesia.

Pada awalnya kita seperti akan disuguhkan oleh perdebatan sengit antara konsep sebuah partai yang radikal terhadap penegakan syari’at dan sebuah partai yang moderat dalam keberagaman. Ternyata itu salah, YIM membongkar konsep penegakan syariat Islam oleh PBB yang lebih elegan, bagaimana sebenarnya syari’at itu diambil nilai-nilainya, dipositivisasi dan kemudian ditegakkan. YIM juga memberikan contoh bahwa semasa ia menjabat sebagai MENKUMHAM, ia sudah mengambil syariat Islam itu untuk dipositivisasi dalam hukum nasional. Misalnya yakni UU Terorisme dan UU Otsus bagi Papua.

YIM juga menjelaskan bahwa PBB sama sekali tidak mempunyai tujuan mengganti dasar negara Pancasila dan bentuk negara kesatuan. “Saya tidak pernah menyesal Indonesia ini mempunyai dasar pancasila” begitu YIM ketika menjawab pertanyaan salah satu peserta.

PBB juga tidak pernah bercita-cita mengganti bentuk negara kesatuan menjadi negara Islam. Bahkan YIM berpendapat bahwa bentuk “negara Islam” itu tidak jelas seperti apa. Hal ini tentunya menjawab keraguan masyarakat yang menyangka bahwa PBB dan juga partai Islam lainnya mempunyai maksud mendirikan negara Islam yang ujung-ujungnya adalah akan ada pemaksaan penerapan syariat Islam seperti kewajiban berkerudung, penangkapan WTS, hukum potong tangan, dll. Hal inipun disanggah oleh YIM. Beliau berpendapat bahwa yang disebutkan diatas adalah “hukuman” dan bukan konsep hukum Islam yang diusung oleh PBB.


Muslim Abdurrahman (MA) terlihat sedikit kaget dengan konsep dan pemahaman syariat Islam yang diungkapkan Yusril, secara garis besar MA sependapat dengan YIM, bahkan MA berpendapat bahwa YIM adalah penerus pemikiran Mohammat Natsir pemimpin Masyumi yang juga mempunyai konsep moderat dalam bernegara.

PBB seperti diungkapkan oleh YIM dan Hamdan Zoelva (HZ) menggunakan jalur yang konstitusional dalam penegakan syariat islam. “Sampai saat ini PBB tidak pernah terlibat dalam aksi kekerasan dalam upaya menegakkan syariat Islam”. PBB menggunakan jalur konstitusional, yakni dengan mengambil nilai-nilai syari’at untuk dimasukkan dalam hukum positif seperti UU maupun Perda di daerah. Hukum Adat, Hukum Kolonial, maupun Syari’at Islam menjadi nilai-nilai dalam penyusunan UU dan Perda, dan ketika sudah berbentuk UU maka peran negaralah yang memaksa. Saya melihat bahwa disinilah peran yang diemban dari politikus PBB di baik di eksekutif maupun di legislatif ditingkat nasional maupun lokal.


Konsep penegakan syari’at Islam yang kurang dipahami oleh masyarakat memang acapkali menyebabkan masyarakat menuduh bahwa partai Islam seperti PBB berkeinginan untuk mengganti dasar negara Pancasila dengan asas Islam dan mengganti NKRI dengan Negara Islam.


Menyimak acara debat tersebut, maka PBB mau tidak mau mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjelaskan kepada masyarakat luas bagaimana sebenarnya konsep penegakan syari’at Islam yang diusung PBB baik dalam segi private maupun muamalah, baik dalam hukum pidana maupun perdata. Sehingga terjadi pemahaman yang sama terhadap syari’at Islam dan implementasinya.

Amin Ya Rabbal Alamin.


Fastabiqul Khairat.

(Ditulis oleh Agung Wasono Ahmad di http://agungwasono.blogspot.com)

Partai Bulan Bintang Perkuat Basis Massa di Pesantren, Solidkan Peran Ulama untuk menggerakkan dan membesarkan Partai

Sejuknya udara perbukitan beradu dengan jalanan terjal berbatu-batu, sesekali tampak atribut Partai Bulan Bintang menghias pepohonan disepanjang rute menuju Pondok Pesantren Raudlatul Ulum – Patemon, tempat berlangsungnya Forum Silaturrahim Ulama dan Tokoh Masyarakat se Kabupaten Jember. Moment strategis yang diprakarsai oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Bulan Bintang Kabupaten Jember ini dimaksudkan sebagai ajang konsolidasi internal partai menjelang Pemilu 2009 juga seiring menghangatnya iklim politik di Jawa Timur mendekati pelaksanaan Pilkada langsung baik Pilgub maupun Pilbup dibeberapa Kabupaten seperti di tempat kami Kabupaten Lumajang dimana pasangan SA’AT (Dr. H Sjahrazad Masdar, MA – KH As’at Malik) yang Didukung oleh Partai Bulan Bintang sedang berikhtiar untuk Memenangkan Pilkada pada 23 Juli 2008 mendatang.

 

Saya bersama dua orang perwakilan DPC PBB Kab. Lumajang (Gugus Sucahyo W dan M Fathkur) selanjutnya bergabung dalam forum tersebut , karena terlambat kami tidak sempat mengikuti Tausyiah dari Para Kyai / Ulama yang hadir pada forum tersebut, saat kami datang H. Tamat Anshori baru saja naik mimbar memberikan pandangan sekilas pokok – pokok perjuangan partai, ketua Dewan Pengurus Wilayah PBB Jatim itu menegaskan pentingnya semua komponen partai merapatkan barisan, membulatkan tekad dan semangat dalam memperjuangan aspirasi politik ummat Islam. Insiden monas sesungguhnya adalah rekayasa dari kekuatan anti politik islam untuk menggerus kekuatan ummat Islam melalui tuntutan pembubaran FPI serta berupaya mengalihkan perhatian dari kuatnya tuntutan Pembubaran Ahmadiyah.

 

Revitalisasi Peran Ulama dan Tokoh Masyarakat

Sebagian besar masyarakat menghendaki PBB tetap konsisten dengan perjuangan penegakan syariah, di beberapa daerah PBB bersama komponen ummat Islam lainnya berhasil memperjuangkan lahirnya Perda Syariat. Di Jawa Timur baru Pamekasan yang berhasil menyusun dan mengesahkan Perda yang bernuansa Syariah, langkah tersebut menjadi lebih mudah karena Partai Bulan Bintang di Pamekasan mempunyai Fraksi sendiri serta didukung oleh para Kyai dan Ulama setempat. Karena itu H Tamat Anshori menggarisbawahi pentingnya memperkuat Peran Kyai, Ulama dan Tokoh Masyarakat dalam membesarkan Partai. Dalam setiap proses pengambilan keputusan, Partai hendaknya berkonsultasi dan meminta Tausyiah kepada elemen – elemen tersebut. Sedangkan dalam penjaringan Pengurus dan Calon Legislatif, Partai bersikap terbuka dan membuka diri seluas – luasnya, Jika ada figur di luar kader partai yang dinilai mampu dalam memperjuangkan visi dan misi PBB maka ia bisa direkrut dan berhak dicaleg-kan oleh PBB.

Pak Tamat memberikan tiga formula yang bisa menjadi acuan kriteria bagi calon legislatif Partai yakni figur yang memiliki 3 hal yakni P (Prestasi), B (Bobot alias Kualitas) dan B (Bersih Akhlak dan Aqidahnya)

 

Senada dengan H. Tamat Anshori, Bang Hamdan Zoelva yang menjadi pembicara terakhir juga menegaskan pentingnya back up dari Kyai, Ulama, Tuan Guru dan Tokoh Masyarakat. Pemilu 2009 sangat menentukan bagi keberlanjutan perjuangan partai di masa yang akan datang karena itu Semua Jajaran Partai baik Pengurus, kader dan Keluarga Besar Bulan Bintang harus bergerak dan berjuang secara sungguh – sungguh dan All Out dalam membesarkan partai.

 

Perjuangan dari generasi ke genarasi

Bang Hamdan menggambarkan beberapa episode perjuangan ummat Islam Indonesia mulai dari kebangkitan para pedagang nusantara yang beragama islam dan mendirikan SDI pada tahun 1905 yang kemudian berganti nama menjadi Syarikat Islam (SI) hingga Lahirnya satu wadah partai Islam MASJUMI yang kemudian dibubarkan pada masa Demokrasi Terpimpin Soekarno.

 

Partai Bulan Bintang merupakan penerus perjuangan Partai Masyumi yang lahir di era reformasi, PBB dideklarasikan oleh 22 Ormas Islam termasuk didalamnya (NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, dll). Dalam Partai inilah keberagamam praktek kefiqihan masing – masing Ormas Islam (NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, dll) diikat dalam satu perjuangan politik.

Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 sesungguhnya merupakan kompromi politik antara Golongan Islam dan Golongan Nasionalis pada saat merumuskan Dasar Negara Indonesia Merdeka, didalamnya tekandung 7 kata yang menjadi Hak Ummat Islam yakni Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Para Pemeluknya, hak inilah yang diperjuangkan oleh Masjumi dalam Sidang – sidang Konstituante yang berakhir dead lock sehingga Presiden Soekarno membubarkan Konstituante melalui Dekrit 5 Juli 1959 dan menyatakan kembali kepada UUD 1945 yang dijiwai oleh Piagam Jakarta.

 

Jika menelusuri sejarah panjang perjuangan ummat Islam Indonesia sesungguhnya apa yang diperjuangkan PBB saat ini hakikatnya adalah melanjutkan perjuangan dari orang tua, kakek nenek dan buyut kita. Perjuangan Penegakan Syariat Islam ini menjadi ruh yang senantiasa melandasi gerak perjuangan keluarga besar Bulan Bintang dari generasi ke generasi.

 

Pepatah “Berdiri di hadapan sebuah Tembok”

Bang Hamdan Zoelva menggambarkan alotnya perjuangan Partai Bulan Bintang pada SU MPR 2002 dalam meng-golkan amandemen Pasal 29, meski sementara kandas di parlemen namun Bang Hamdan merasa terkesan dengan Pendapat Akhir Fraski Partai Bulan Bintang yang dibacakan oleh KH Najih Ahjad yakni kalimat perumpamaan “Saat ini kita tengah berdiri dihadapan sebuah tembok yang belum bisa kita robohkan” .

Bang Hamdan menegaskan betapa saat ini posisi Partai Bulan Bintang masih berdiri kokoh dihadapan tembok itu menunggu saat yang tepat untuk bisa merobohkannya.

 

Pertanyaannya kini adalah Seberapa siapkah kita untuk merobohkannya ?!?! …Wallahu A’lam

 

“(Ditulis oleh Badrut Tamam Gaffas, Patemon 7 Juni 2008)”

Yusril “CHENGHO” Ihza Mahendra dan Komunitas Blogger Bulan Bintang

Bagi Penulis, Bang Yusril memang sosok yang langka, karirnya tidak sebatas sebagai akademisi dan politisi, karirnya tidak berhenti lantaran didepak dari kursi KIB oleh sebuah “konspirasi”, karir bang yusril justru berlanjut sebagai seorang aktor yang mampu memerankan Laksamana Chengho, seorang bahariwan agung dari Tiongkok dalam sebuah serial Film Televisi berjudul “Admiral Zheng He” , kali ini profesinya bertambah satu lagi yakni menjadi Blogger seperti yang bisa kita lihat di http://yusril.ihzamahendra.com dan http://mahendra-ihza-yusril.blogspot.com

 

yusril-chengho-ihza-mahendra2.jpg

Blog dan Rumah Terbuka (open house)

 

Langkah Bang Yusril nge-blog ternyata ditanggapi secara positif oleh banyak pihak, utamanya komunitas blogger yang langsung menyerbu blog-nya dan memberikan dukungan, pesan dan komentar. Blog bang yusril ibarat rumah terbuka (open house), siapapun bisa datang dan berinteraksi dan melalui blog itu pula masyarakat dan komunitas blogger bisa melihat sisi – sisi lain bang yusril yang selama ini jarang di ungkap oleh media.

 

Dalam perkenalan perdana di dunia blog yang diposting 1 November pukul 00.40 lalu, Yusril menulis:

 

“Atas saran beberapa sahabat yang saya kenal melalui blog, maka hari ini saya menciptakan blog saya, sebagai wahana komunikasi bertukar pikiran secara jernih, intelektual dan simpatik, atas dasar prinsip saling hormat-menghormati.”

“Melalui blog ini, saya ingin berbagai pemikiran, pengalaman dan gagasan, yang barangkali akan bermanfaat untuk menambah wawasan dalam menyikapi berbagai peristwa yang terjadi di sekitar kita. Apa yang saya ungkapkan, mungkin saja bersifat subyektif, karena didasarkan pada titik pandang, falsafah dan keyakinan keagamaan yang saya anut.”

 

Secepat Yusril Ihza Mahendra menulis blog pertamanya di blogger.com, tepat seratus blogger memberikan komentarnya. Tulisan-tulisan Yusril lainnya di http://www.vavai.com, priyadi.net, dan http://yulian.firdaus.or.id/ juga direspon positif kalangan blogger. Dan dalam beberapa hari, ratusan netters lainnya ramai “mengerubuti” sang blogger baru. Semula, Yusril hanya mengomentari sebuah postingan tentang film Laksamana Cheng Ho yang dilakoninya. Ujung ujungnya, mantan mensesneg itu didorong-bujuk-paksa – untuk membuat blog sendiri, yang ternyata langsung ramai disambut para bloggers.

 

Film Laksamana Cheng Ho dan Misi Perdamaian “Memadamkan kebencian Pribumi terhadap Etnis Tionghoa”.

 

Dalam Blognya Bang Yusril mencantumkan gambar adegan syuting film admiral Zheng He yang dibintanginya, dalam uraiannya seperti yang ditampilkan dalam beberapa blog kawan blogger bang yusril, secara tersirat terungkap bahwa Film Laksamana Cheng Ho juga mengandung Misi Perdamaian yakni “Memadamkan kebencian Pribumi terhadap Etnis Tionghoa”.

“Sebagian Muslim Indonesia ada yang agak “benci” dengan etnis Cina di tanah air. Kebencian itu mungkin dipicu oleh politik kolonial Belanda yang membagi penduduk Hindia Belanda ke dalam tiga golongan, yakni Eropa, Timur Asing dan Inlander”.

 

Kelompok Timur Asing terbesar ialah etnis Cina. Mereka sengaja dijadikan sebagai kelompok “kelas menengah” yang mendapat dukungan untuk menguasai perdagangan. Oleh Belanda, etnis Cina dilarang tinggal di pemukiman Inlander. Untuk mereka disediakan lokasi khusus, yang kelak terkenal dengan sebutan Pecinan atau China Town.

Sebagian kebencian juga disebabkan adanya “pemihakan” oleh etnis Cina kepada Belanda, walau pernah juga etnis Cina memberontak di daerah Glodok, sehingga ribuan etnis Cina dibantai Belanda di abad 18.

 

Hal lain, juga disebabkan oleh keengganan peranakan Cina — akibat politik kolonial — berbaur dengan pribumi. Orang-orang Cina Muslim segenerasi dengan Cheng Ho, baik di Malaka maupun di Jawa dan Palembang, segera membaur dengan pribumi.Lama-kelamaan keberadaan mereka seolah lenyap ditelan sejarah karena telah menyatu dengan pribumi tadi.

 

Orang Cina Muslim, termasuk Cheng Ho, adalah penganut mazhab Hanafi. Namun lama-kelamaan karena berbaur, keturunan mereka juga mengikuti mazhab Syafii, yang dominan di Asia Tenggara. Tidak ada perbedaan prinsipil antara kedua mazhab hukum Islam itu.
Namun, “kebencian” pribumi Muslim dengan etnis Cina tidaklah merata. Di Bangka Belitung, mereka bersatu dan tidak pernah terjadi konflik. Orang Cina dalam jumlah besar, sudah ada di Bangka-Belitung sejak Dinasti Sung, kira-kira 200 tahun sebelum Cheng Ho (dari Dinasti Ming). Bahkan, berbagai keramik dari zaman Dinasti Tang (abad 6-9 M) sudah ditemukan di tanah maupun laut sekitar Belitung …

 

Blog : Jurnalistik Independen

Blog ternyata merupakan media jurnalistik dengan pemberitaan yang lebih fair dan original, sangat berbeda dengan media-media pada umumnya yang masih sering terjebak dalam konflik kepentingan tertentu.

Seorang Blogger bernama Adji Wigjoteruna memberikan tanggapannya:

 

Saya kebetulan baca komen-komen baca di-blognya Jay. Ternyata banyak info mengenai pikiran dan pendapat Bapak (Yusril) yang selama ini tidak diketahui oleh publik. Saya setuju dengan pendapat Bapak bahwa media massa [Indonesia] seringkali tidak fair dalam menjalankan tugas jurnalistiknya, masing-masing media ternyata memang memiliki ‘kepentingan-kepentingan’ tertentu.

 

Pernyataan senada tentang perlunya independensi media juga banyak disampaikan oleh para blogger seperti halnya komentar seorang blogger pada tulisan Masalah “Uang Tommy” di Bank Paribas (komentar #9) :

 

diluar konteks di atas…. saya sendiri melihat banyak hal simple di blow-up sampai jadi berita besar….. sedangkan berita besar ditekan habis hingga tak bergema……. saya gak tau siapa & apa yang menyebabkan ini…… apakah wartawannya, Redaksi atau owner pemilik media….mudah2an blog bisa membuat warna lain deri kebenaran dan keseimbangan berita……..

 

Para Blogger dan Komunitas Blogger memang selalu menyediakan ruang terbuka untuk diskusi publik bagi setiap tulisan yang di posting sehingga partisipasi publik yang berhasil dijaring merupakan potensi yang besar untuk memperkaya sebuah tulisan dan fakta yang diungkapkan melalui media.

 

Komunitas Blogger Bulan Bintang

 

Berikut ini hasil posting bang yusril melalui blog-nya :

 

KENANG-KENANGAN DI MASA KECIL (BAG III), 14 Desember 2007
KENANG-KENANGAN DI MASA KECIL (BAG II), 13 Desember 2007
KENANG-KENANGAN DI MASA KECIL (BAG I), 6 Desember 2007
HUKUM ISLAM & PENGARUHNYA TERHADAP HUKUM NASIONAL INDONESIA, 5 Desember 2007
MASALAH “UANG TOMY” DI BANK PARIBAS, 30 November 2007
ETIKA, INTELEKTUALISME DAN PROPAGANDA, 24 November 2007

 

Dalam Blog-nya Bang Yusril juga menjawab kontroversi mengenai “Uang Tommy di BNP Paribas”, penjelasan bang yusril sepanjang 33 Alinea itu disampaikan dengan sangat terbuka, komprehensif dan secara “khas”, umumnya tanggapan positif diberikan atas klarifikasi ini bahkan tak urung banyak pula berbagai pihak yang mengharap klarifikasi serupa atas “pemberitaan yang tidak fair” mengenai AFIS, Resuffle Jilid II , Koalisi Tiga Kaki Pada Pilpres 2004, dan tema – tema besar yang selama ini menggelinding di media secara sepihak dan sangat tidak berimbang.

 

Keseriusan bang yusril sebagai seorang blogger menjadi inspirasi dan menyisakan jejak yang perlu diikuti oleh keluarga besar bulan bintang terutama yang selama ini bergiat di medan “pergolakan” media. Selain para politisi bulan bintang yang pernah meluncurkan website seperti Bang Hamdan Zoelva, Bang Ahmad Sumargono, Bang Erry Ridwan Latief dan belakangan ini Bang Ali Mochtar Ngabalin, keberadaan blog juga sangat memberi manfaat bagi menyampaikan pesan – pesan moral, fakta – fakta dakwah dan pergerakan serta mensosialisasikan tema – tema penting seputar kebangsaan dan keislaman secara terbuka.

 

Meningkatnya Kesadaran Blogging dan mengakses media di kalangan keluarga besar bulan bintang merupakan modal untuk membangun eksistensi komunitas keluarga besar bulan bintang sebagai komunitas yang tidak hanya pantas diperhitungkan di percaturan politik nusantara melainkan juga sebagai komunitas modern yang eksis di jagad maya, juga sebagai komunitas blogger yang terus bergelora menyeru akan indahnya syariah dan semangat untuk tetap memperjuangkannya dari masa ke masa.

(Penulis: Badrut Tamam Gaffas untuk Bulan Bintang Media)

Sumber :

http://yusril.ihzamahendra.com

http://www.kompas.com

http://satrioarismunandar.multiply.com